1. Sejarah AAS (Atomic Absorbtion
Spektrofotometer)
Sejarah
singkat tentang serapan atom pertama kali diamati oleh Frounhofer, yang pada saat itu menelaah
garis-garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom
pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun1995. Sebelumnya ahli kimia
banyak tergantung pada cara-cara spektrofotometrik atau metode
spektrografik. Beberapa cara ini dianggap sulit dan memakan banyak waktu,
kemudian kedua metode tersebut segera dia gantikan dengan Spektrometri Serapan
Atom (SSA).
2.Pengertian Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk
penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada
penyerapan absorbsi radiasi olehatom bebas. Sekitar 67 unsur telah dapat
ditentukan dengan cara AAS. Banyak penentuan unsur-unsur logam yang
sebelumnya dilakukan dengan metoda polarografi, kemudian dengan
metoda spektrofotometri UV-VIS, sekarang banyak diganti dengan metoda AAS.
3.Prinsip metode
AAS
AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh
atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya Spektrometri Serapan Atom(SSA) meliputi absorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih berada dalam keadaan dasarnya
(Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah sinar ultra
violet dan sinar tampak. Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA) pada
dasarnya sama seperti absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa dalam larutan. Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer)
yang berlaku pada spektrofotometer absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak
maupun infra merah, juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom
(SSA). Perbedaan analisis Spektrometri Serapan Atom (SSA) dengan spektrofotometri molekul adalah
peralatan dan bentuk spectrum absorpsinya: Setiap alat AAS terdiri atas tiga
komponen yaitu:- Unit atomisasi (atomisasi dengan nyala dan tanpa nyala)-
Sumber radiasi- Sistem pengukur fotometri.
4. Bagian-Bagian AAS
a.Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya
pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama
1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji,
seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran
unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua
macam, yaitu :Lampu
Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur Lampu Katoda Multilogam : Digunakan
untuk pengukuran beberapa logam sekaligus, hanya saja harganya
lebih mahal.Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan untuk memudahkan
pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket
pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang
paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.Lampu katoda berfungsi
sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur logam yang
akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan,
agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan
keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam
dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar. Cara pemeliharaan lampu katoda ialah
bila setelah selesai digunakan, maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS,
dan lampu
diletakkan pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan
dus penyimpanan ditutup kembali.
Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu pemakaian
dicatat.Gambar hollow chatode b.Tabung Gas Tabung gas pada AAS yang
digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen
pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000K, dan ada juga tabung
gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen,
dengan kisaran suhu ± 30000K. regulator pada tabung gas asetilen
berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan,
dan gas yang berada didalam tabung. Spedometer pada bagian kanan
regulator.Merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung. Pengujian untuk pendeteksian bocor
atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu dengan mendekatkan
telinga ke dekat regulator.
b. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang
digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS
memiliki kisaran suhu ± 20000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O
yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30000K. regulator
pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan
dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan
regulator. Merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.Pengujian
untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu dengan
mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk
pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas
bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan
memberikan sedikit air sabun pada bagian atas regulator dan dilihat apakah ada
gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut positif
bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena
minyak akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat
keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton
yang dapat membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.
c. Ducting
Ducting merupakan bagian
cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung
dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang
dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang
dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting,
agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan
ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara horizontal, agar bagian atas
dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau binatang lainnya
yang dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau binatang
lainnya yang masuk ke dalam ducting , maka dapat menyebabkan
ducting tersumbat. Penggunaan ducting yaitu,
menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, karena bila lurus secara
horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi untuk menghisap
hasil pembakara yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap
yang terhubung dengan ducting.
d. Kompresor
Kompresor merupakan alat
yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi untuk
mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran
atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang
kotak hitam merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar
kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan,
sedangkan tombol yang kanan merupakan tombol pengaturan untuk
mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner. Bagian pada
belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai
penggunaan AAS. Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar
bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan
posisi tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat
mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat
menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak
menjadi basah., dan uap air akan terserap ke lap.
e. Burner
Burner merupakan bagian
paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai tempat
pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat
terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada
burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari
proses pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu
setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator dimasukkan ke dalam
botol yang berisi aquabides selama ±15 menit, hal ini merupakan proses
pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator
digunakan untuk menghisap atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan
diuji. Selang aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di
bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk
mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa
larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam
nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari
energi rendah ke energi tinggi. Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai
yang berbeda-beda. Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada
tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan
bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api
yang paling baik, dan paling panas, dengan konsentrasi
f. Buangan pada AAS
Buangan pada AAS
disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS. Buangan dihubungkan
dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan
sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan
proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva
yang dihasilkan akan terlihat buruk.
Tempat wadah buangan
(drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan lampu indicator.
Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api pada proses
pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala
api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan
tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan
dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.
5.Cara Kerja Spektrometri
Serapan Atom (SSA)
SSA adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk
penentuan unsur-unsurlogam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan
penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas . Metode ini
sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai
beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode spektroskopi emisi konvensional. Memang selain dengan metode serapan
atom, unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga
dianalisis dengan fotometri nyala,akan tetapi fotometri nyala tidak cocok untuk
unsur-unsur dengan energi eksitasi tinggi. Fotometri nyala memiliki range ukur
optimum pada panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan AAS memiliki range ukur optimum pada panjang
gelombang 200-300 nm (Skooget al., 2000).Untuk analisis kualitatif, metode
fotometri nyala lebih disukai dari AAS, karena AAS
memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan
dalam AAS merupakan syarat utama. Suatu perubahan temperatur
nyala akan mengganggu proses eksitasi sehingga analisis
dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri
nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama
lainnya.Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom
menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu,tergantung pada sifat
unsurnya. Misalkan Natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm
sedangkan kalium pada 766,5 nm.
Cahaya pada gelombang ini mempunyai
cukup energi
untuk mengubah tingkat energi elektronik suatu atom. Dengan
absorpsi energy, berarti memperoleh lebih banyak energy, suatu atom
pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat
eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya pun bermacam-macam. Misalnya unsur Na dengan nomor atom 11 mempunyai konfigurasi
electron1s1 2s 22p 63 s1 , tingkat dasar untuk electron
valensi 3s, artinya tidak memiliki kelebihan energi. Elektronini dapat tereksitasi
ketingkat 3p dengan energy 2,2 eV ataupun ketingkat 4p dengan energy
3,6eV, masing-masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589 nm dan 330 nm. Kita dapat memilih
diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan garis spectrum
yang tajam dan dengan intensitas maksimum, yang dikenal dengan garis resonansi.
Garis-garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari
eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya. Contoh: prinsip dasar penyerapan
atom Na
Apabila cahaya dengan panjang
gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung
atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan
berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada pada
sel.
Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi
diturunkan dari:
Hukum
Lambert :
Bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi.
Bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi.
Hukum Beer :
Intensitas sinar yang diteruskan
berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.Dari kedua
hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:A= ℮ b c dan A= abc serta persamaan A
= – log T = log Dimana: PO = intensitas sumber sinar P = intensitas sinar yang diteruskan ℮ =
absortivitas molar ( satuan c dalam Molar)b = panjang medium / panjangnya
jalan sinarc = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar A = absorbansi T = Transmitana = absorbsivity
( satuan c dalam g/L atau ppm).
CARA KERJA AAS
1. Drain
kompresor
2. Hidupkan computer
3. Pilih GBC
AVANTA, di bawah layar : Instrument not ready
4. Hidupkan AAS, tunggu hingga 2 – 3
menit. Isi selang dengan aquadest sambil diangkat ke atas sampai aquadest tersebut keluar lagi.
5. Buka sumber gas- Acetylene (tekanan
15 psi)- Compress air (kompresor)-
Nitrous oxide (tekanan 60 psi, bila diperlukan))- Argon (tekanan 30 – 60 psi,
bila diperlukan)
6. Tunggu sampai instrument ready
7. Pilih icon instrument, klik kanan
pada panel lampu, klik propertis
8. Klik insert lamp, pilih pada posisi
berapa kita akan pasang lampu
9. Pasang lampu yang akan digunakan,
OK! Beri nama lampu, OK!
10. Pilih icon methode, Description,
pilih element (unsur) yang akan kita gunakan, tunggu sampai ready
(jangan lupa gas apa yang akan kita gunakan)
11. Isi matrix dan note bila dikehendaki
(catatan agar report yang kita hasilkan tidak tertukar)
12. Pada instrument, measurment dan
calibration, bila kita tidak memiliki methode yang spesifik
biarkan pada nilai defaultnya.
13. Pada calibration, pilih Auto Save
methode after cal, agar data tidak hilang
14. Buat deret standard pada Standard, isi nilai
konsentrasi dan biarkan nilai absorbans, Save!
15. Simpan methode lewat file, save as,
nama file (nama file sebaiknya diikuti dengan nama lampu)
16. Klik icon sample
17. Isi measurment dan label, pada
posisi pertama harus calibration
18. Simpan lewat file, save as, nama
file
19. Klik icon Result, pilih New, isi
nama file, Create, Start!
20. Pastikan posisi burner pada
penyerapan terbaik melaluiMethode, Flame, Optimize atau gunakan Burner Cleaning
dengan menggesekkan pada tempat keluarnya api. Atur titik api
dengan memutar tombol Vertical dan Horizontal pada GBC sampai sinar datang tepat ditengah titik api
(gunakan Burner Cleaning).
21. Bila penyerapan dinilai sudah
optimal, nyalakan burner dengan menekan tombol Ignite pada AAS
(sebelah tombol ON/OFF).
22. Pastikan posisi software pada icon
Result, klik Start (tombolhijau pada software)
23. Ikuti perintah software untuk
memasukkan standard dan sampel, klik OK / enter pada key
board. Segera ukur aquadest setelah pengukuran sampel untuk
membersihkan saluran selang dari sisa sampel, lap dengan tissue.
24. Burner akan mati secara otomatis,
bila analisa selesai.
25. Klik icon Report, pilih Report yang akan di
print
26. Klik kembali icon Result, print
lewat icon Printer, OK!
27. Bila ingin melihat kurva kalibrasi,
klik icon Methode, pilih Standard
28. Nilai absorbance akan berubah, dan
klik gambar kurva pada bagian bawah, kurva yang baik akan
terlihat linier
29. Setelah selesai analisa, matikan AAS
dengan menekan tombolSwitch OFF
30. Shut Down dan matikan komputer,
cabut saklar listrik.Tutup kran masing-masing gas, rapikan kembali tempat
kerja!
6. Keuntungan metode AAS
Keuntungan metode AAS
dibandingkan dengan spektrofotometer biasa yaitu spesifik, batas deteksi yang
rendah dari larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur yang berlainan,
pengukurannya langsung terhadap contoh, output dapat langsung dibaca, cukup
ekonomis, dapat diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan
luas (dari ppm sampai %). Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana
AAS tidak mampu menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap
Ca, pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi)
sehingga menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang sama, serta pengaruh
matriks misalnya pelarut.
KeuntunganSpesifik• batas deteksi yang rendah dari
larutan yang sama bias mengukur unsur-unsur yang berlainan.•Pengukuran
dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh(preparasi contoh sebelum
pengukuran lebih sederhana, kecualibila ada zat pengganggu).• Output dapat
langsung dibaca, cukup ekonomis.Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur
dalam banyak jeniscontoh.•Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat
luas (mg/Lhingga persen).
7.Kelemahan Atomic Absorbtion Spektrofotometer (AAS )
AAS tidak mampu menguraikan zat menjadi
atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca, pengaruh ionisasi
yaitu bilaatom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang sama, serta pengaruh
matriks misalnya pelarut.
a. Serapan Latar (Background
Absorption) kadang-kadang sinar yang diberikan dari lampu katoda rongga diserap oleh senyawa-senyawa
lain yang terkandung didalam sampel atau di dalam nyala yang diukur. Adanya
serapan ini akan mengganggu pada pengukuran serapan atom dari
unsur-unsur yang dianalisis, gangguan dari serapan ini disebut serapan
latar (background absorbsion).
Serapan latar antara lain disebabkan oleh:
1)
Serapan molekuler dan atau disebabkan oleh senyawa-senyawa yang tidak
beratomisasi dalam atomizer.
2) Hamburan sinar yang disebabkan oleh partikel-partikel padat yang halus melintang berkas sinar.
2) Hamburan sinar yang disebabkan oleh partikel-partikel padat yang halus melintang berkas sinar.
3) Serapan nyala bahan bakar yang
digunakan Serapan latar pada umumnya mengacu pada unsur yang mempunyai panjang gelombang di bawah
2500 A (daerah ultra lembayung). Pada atomisasi tanpa nyala (CRA) gangguan
serapan latas dapat terlihat karena adanya asap bila atomisasi cuplikan pada suhu relatif rendah, gangguan
ini dapat dihilangkan sempurna selama tahap pengabuan, sehingga
tidah ada asap yang ditimbulkan pada tahap ionisasi. Gangguan ini dapat diatasi
dengan bekerja pada panjang gelombang yang lebih besar dan dengan nyala yang suhunya lebih tinggi,
dapat pula diatasi dengan mengukur besarnya penyerapan lata
tersebut dengan menggunakan sumber sinar yang memberikan pancaran
continue,misal pada lampu katoda Ni yang diisi gas hidrogen.
8. Gangguan-gangguan apa saja dalam
analisis menggunakan (AAS)
a. Gangguan Matrix Yaitu gangguan yang disebabkan
adanya unsur-unsur atau senyawa-senyawa lain yang terkandung
di dalam sampel. Adanya matrix ini menyebabkan sifat-sifat
fisik dari setiap sampel (baikberupa larutan maupun padatan) akan tidak sama,
lebih-lebih jika dibandingkan dengan standar murni. Adanya perbedaan
kandungan matrik ini akan mengakibatkan perbedaan dalam
prosesatomisasinya dan proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang dianalisa. Gangguan ini dapat diatasi dengan
menyesuaikan kandungan komponen-komponen matrix yang mayor
dengan jumlah yang berlebihan pada preparasi standar dan cuplikan. Metode lain yang sangat baik untuk mengatasi gangguan
matrix ini adalah dengan metode penambahan standar (standar
addition method).
b. Gangguan Kimia yaitu gangguan yang disebabkan oleh
adanya komponen yang membentuk senyawa stabil secara termal dengan unsur
yang dianalisa, yang tidak dapat terdiasosiasi sempurna komponen atomisasinya. Misal adanya ion
phospat pada penentuan Ca dengan atomisasi dengan nyala udara
asetilen. Ion phospat akan membentuk senyawa stabil dengan Ca
yang sulit untuk diatomisasikan secara sempurna. Gangguan ini dapat diatasi dengan
menambah unsur lain yang berlebihan pada cuplikan dan
standar, yang unsur ini juga akan membentuk senyawa yang stabil dengan
ion phospat secara termal,misal dengan penambahan Ca. Cara lain yaitu dengan
menaikkan suhu nyala untuk memecahkan senyawa stabil yang
terbentuk,tetapi cara ini kurang memberikan hasil yang memuaskan.
c. Gangguan Ionisasi Gangguan ini terjadi pada penggunaan
suhu yang tinggi,sehingga atom-atom yang akan dianalisa tidak hanya
teratomisasi pada tingkat tenaga dasar tetapi atom-atom dapat tereksitasi secara termal karena panas dan
bahkan terionisasi.Gangguan ini dapat diatasi dengan menambah unsur logam yang berlebihan yang dapat dengan mudah
terionisasi sehingga menghasilkan elektron dengan jumlah besar dan menekan prosesionisasi
unsur yang akan dianalisa. Umumnya dengan menambah logam Na atau K untuk gangguan
ionisasi ini.
d. Gangguan Spektra Pada metode analisis AAS, gangguan
spectra jarang sekali terjadi karena panjang gelombang
setiap serapan atom adalah karakteristik. Gangguan spektra
dapat terjadi jika serapan atom yang dianalisis tumpang tindih
dengan garis spektra lain, sehingga untuk mengatasinya dipilih panjang
gelombang serapan karakteristik yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar